SugengRawuh di blog yang memiliki budaya membudayakan budaya

Sabtu, 10 November 2012

Profil Desa Budaya Brosot

ROFIL DESA BUDAYA
DESA BROSOT KECAMATAN GALUR
KABUPATEN KULON PROGO
(Rekonstruksi 2012)


A.      PENDAHULUAN

Penetapan Desa Brosot sebagai Desa Budaya oleh Gubernur DIY melalui SK Nomor 325/KPTS/1995, tentang Pembentukan Desa Bina Budaya, menjadikan Desa Brosot sebagai salah satu desa dari 32 desa budaya, berada dalam bagian penting dalam proses pembinaan potensi budaya desa. Predikat Desa Budaya bagi Desa Brosot merupakan wahana bagi pembinaan, pengembangan dan pelestarian segala potensi budaya yang ada, sehingga diharapkan dapat terwujud suatu tatanan masyarakat yang harmonis yang mau dan mampu menghargai nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang di desa Brosot
Desa Brosot adalah sebuah desa yang terletak di bagian tenggara Kabupaten Kulon Progo. Secara historis, desa Brosot pada awalnya adalah sebuah wilayah yang menjadi pusat (ibukota) dari sebuah wilayah Kabupaten. Dimana di daerah selatan Kulon Progo terdapat suatu wilayah yang masuk Keprajan Kejawen yang bernama Karang Kemuning yang selanjutnya dikenal dengan nama Kabupaten Adikarta.

Menurut buku Vorstenlanden disebutkan bahwa pada tahun 1813, Pangeran Notokusumo diangkat menjadi KGPA Ario Paku Alam I dan mendapat palungguh di sebelah barat Kali Progo sepanjang pantai selatan yang dikenal dengan nama Pasir Urut Sewu. Oleh karena tanah pelungguh itu letaknya berpencaran, maka sentono ndalem Paku Alam yang bernama Kyai Kawirejo I menasehatkan agar tanah pelungguh tersebut disatukan letaknya. Dengan satukannya pelungguh tersebut, maka menjadi satu daerah kesatuan yang setingkat kabupaten. Daerah ini kemudian diberi nama Kabupaten Karang Kemuning dengan ibukota Brosot.
Predikat “Desa Budaya” yang disandang oleh Desa Brosot, di dalamnya terkandung sebuah tuntutan yang sangat besar yang membutuhkan perhatian dari berbagai pihak. Tuntutan tersebut mengharuskan adanya campur tangan berbagai pihak, termasuk di dalamnya pemerintah, baik pusat maupun daerah untuk melakukan berbagai pembinaan terhadap setiap sektor kegiatan yang ada. Pembinaan tersebut diharapkan mampu menunjang potensi yang dimiliki desa, sehingga potensi-potensi tersebut dapat tergarap sesuai dengan keadaan desa.
Berbagai potensi terpendam masih dimiliki oleh desa, mulai dari potensi tatanan sosial, adat istiadat dan tradisi (yang sampai sekarang masih tetap hidup dalam lingkungan masyarakat), sampai dengan potensi fisik baik sumber daya alam maupun sumberdaya manusia yang memungkinkan untuk mengarahkan wilayah desa kearah yang lebih maju. Sampai saat ini pihak pemerintah desa masih terus berupaya untuk memanfaatkan berbagai potensi tersebut melalui berbagai langkah. Pemberdayaan potensi terus dilakukan yang juga ditindaklanjuti dengan pemikiran-pemikiran konkrit. Tatanan sosial, adat-istiadat, tradisi dan budaya yang ada dan tumbuh dalam masyarakat terus dibina seiring dengan kemajuan pola pikir dan peradaban masyarakat desa.
Dalam pengelolaan Desa Budaya, baik pemerintah desa, lembaga kemasyarakatan, para tokoh masyarakat  serta masyarakat telah saling bersinergi guna mewujudkan masyarakat desa yang berbudaya, sehingga akan terwujud masyarakat yang maju dan mandiri baik secara sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya.




A.     GAMBARAN UMUM DESA BUDAYA BROSOT
1. Letak dan Kondisi Geografis
Desa Brosot adalah satu-satunya desa dalam lingkup wilayah Kecamatan Galur yang tepat berada di pintu gerbang Kabupaten Kulon Progo bagian selatan.. Desa Brosot terdiri dari 10 Pedukuhan yang terbagi dalam 44 RT dan 20 RW serta memiliki luas wilayah 323.3375 Ha. dengan batas wilayah sebagai berikut :
Ø  Sebelah Utara                  : Desa Jatirejo Kecamatan Lendah
Ø  Sebelah Selatan              : Desa Kranggan Kecamatan Galur
Ø  Sebelah Barat                 : Desa Pandowan Kecamatan Galur
Ø  Sebelah Timur                : Sungai Progo / Kabupaten Bantul
Sepuluh wilayah Pedukuhan yang ada di wilayah Desa Brosot terdiri dari Pedukuhan I sampai dengan Pedukuhan 10., dengan masing-masing wilayah pedukuhan dipimpin oleh seorang Dukuh. Secara urut pembagian wilayah pedukuhan dan jumlah wilayah RT dan wilayah RW pada masing-masing Pedukuhan serta nama Dukuh adalah sebagai berikut :

Tabel 1.  DATA PEMBAGIAN WILAYAH PEDUKUHAN, JUMLAH RT / RW
               DAN NAMA DUKUH SE WILAYAH DESA BROSOT



NO
NAMA PEDUKUHAN
JML RT
JML RW
NAMA DUKUH
1.
Pedukuhan I Kutan
6
2
Subardja
2.
Pedukuhan II Brosot
4
2
Pujiyo
3.
Pedukuhan III Pulo
4
2
Sutarno
4.
Pedukuhan IV Klampok
4
2
Budiyono
5.
Pedukuhan V Bantengan Lor
5
2
Suwandi
6.
Pedukuhan VI Bantengan Kidul
4
2
Karyatin
7.
Pedukuhan VII Nepi
4
2
Jumari
8.
Pedukuhan VIII Modinan
4
2
Sukardi
9.
Pedukuhan IX Karang
4
2
Sudarsa
10.
Pedukuhan X Jeronan
5
2
Sumarjo
Jumlah
44
20

Sumber : Pemerintah  Desa Brosot Tahun 2012.
Topografi wilayah Desa Brosot hampir seluruhnya (+ 322.5336 Ha) berupa dataran dengan ketinggian 5 m di atas permukaan air laut, memiliki curah hujan rata-rata per tahun 1600 mm serta suhu rata-rata 300 C. Sedangkan dari seluruh luas wilayah tersebut, 237.2245 Ha merupakan tanah subur. Disamping itu, Desa Brosot memiliki ketersediaan kawasan tata ruang pedesaan yaitu :
Tabel 2. DATA KETERSEDIAAN KAWASAN TATA RUANG PEDESAAN
No
Ketresediaan Lahan
Luas (Ha)
1
Kawasan Perdagangan
8.5000 Ha
2
Kawasan Industri
2.5000 Ha
3
Kawasan Peternakan
5.0000 Ha
4
Kawasan Pemukiman
48.6673 Ha
5
Kawasan Pertanian
99.0817 Ha
Sumber : PemerintahDesa Brosot, tahun 2012
2. Keadaan Sosial dan Penduduk
Pembangunan yang berjalan di Desa Brosot, tidak bisa lepas dari partisipasi dan peran serta masyarakat. Swadaya masyarakat Desa Brosot sangat besar manfaatnya  bagi perkambangan dan kemajuan desa. Dengan jumlah penduduk Desa Brosot yang pada akhir bulan Desember 2008 yang berjumlah 4853 jiwa, terdiri dari 2387 orang penduduk laki-laki dan 2466 orang penduduk perempuan yang terkelompok dalam 1438 orang Kepala Keluarga, merupakan potensi yang sangat besar untuk melaksanakan kegiatan pembangunan.
Secara rinci, komposisi jumlah penduduk dan Kepala Keluarga yang tersebar di wilayah masing-masing pedukuhan di Desa Brosot adalah sebagai berikut :
Tabel 3. KOMPOSISI JUMLAH PENDUDUK DAN KEPALA KELUARGA

NO
NAMA
PEDUKUHAN
JUMLAH JIWA

JML
JUMLAH
KK

JML
L
P
L
P
1.
Kutan
349
381
730
122
28
210
2.
Brosot
226
224
450
107
28
135
3.
Pulo
182
185
367
110
21
131
4.
Klampok
271
291
562


159
5.
Bantengan Lor
341
397
688


191
6.
Bantengan Kidul
179
199
378
90
18
108
7.
Nepi
247
232
479


141
8.
Modinan
168
176
344


99
9.
Karang
152
161
313


92
10.
Jeronan
272
270
542
141
31
172
Jumlah
2387
2466
4853


1438
Sumber : Pemerintah Desa Brosot Tahun 2012
Potensi sumberdaya manusia yang dimiliki tentunya dapat menunjang kegiatan pembangunan disamping juga potensi swadaya masyarakatnya dapat sebagai motor penggerak pembangunan di wilayahnya masing-masing sesuai dengan kemampuan masyarakatnya. Tanpa adanya swadaya dari masyarakat maka pembangunan di wilayah Desa tidak akan dapat berkembang sesuai dengan perkembangan saat ini.
Semangat gotong royong masih sangat dominan dan tumbuh dalam lingkungan masyarakat. Sikap gotong royong ini muncul dalam berbagai bentuk. Salah satu sikap gotong royong yang sampai sekarang masih berjalan adalah bentuk gotong royong dalam upacara adat, seperti upacara perkawinan, upacara kelahiran, upacara kematian, dan sebagainya. Disamping itu bentuk gotong royong dalam membangun fasilitas umum juga masih berjalan dengan baik.

3. Kegiatan Ekonomi
Kesejahteraan masyarakat merupakan sasaran yang terus menerus diusahakan untuk dapat dicapai. Dengan upaya ini diharapkan dapat terwujud pola kehidupan masyarakat yang mandiri dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Dalam kegiatan sektor pertanian, masih banyak yang bertumpu pada pertanian padi. Sektor lain juga cukup mendapat perhatian petani. Potensi pertanian non padi yang sampai sekarang masih dikembangkan misalnya pertanian semangka, melon, brambang dan lombok. Selain pertanian, sektor perternakan yang juga memiliki potensi untuk dikembangkan.  Kegiatan perekonomian masyarakat desa Brosot yang menonjol adalah kegiatan pertanian (termasuk didalamnya bidang peternakan), perdagangan dan industri yang tersebar di 10 wilayah Pedukuhan. Tabel dibawah ini menunjukkan komposisi mata pencaharian penduduk Desa Brosot.
Tabel 4. KOMPOSISI MATA PENCAHARIAN PENDUDUK
DESA BROSOT TAHUN 2008
NO
MATA PENCAHARIAN
JUMLAH
( % )
1
Pertanian
1123
39,09 %
2
Peternak
335
11,66 %
3
Industri
308
10,72 %
4
Pegawai
498
17,33 %
5
Pertukangan
105
3,65 %
6
Jasa
98
3,41 %
7
Perdagangan
406
14,13 %
Jumlah
2873
100,00 %
Sumber : Pemerintah Desa Brosot Tahun 2012.
Foto 01. Jenis-jenis komoditas pertanian di Desa Budaya Brosot
Adanya pasar desa yang berada di desa Brosot dan tepat berada di pusat kota Kecamatan Galur, sangat mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Disamping itu, adanya kios desa yang merupakan milik pemerintah desa mampu menghidupkan kegiatan sektor ekonomi dan menjadi faktor penunjang meningkatnya kegiatan dibidang perekonomian.
Kegiatan sektor pertanian, sampai saat ini masih mampu untuk mencukupi kebutuhan masyarakat dalam hal kebutuhan hasil pertanian, disamping juga mampu memenuhi kebutuhan perdagangan hasil pertanian. Di sektor pertanian, jenis komoditas pertanian yang paling menonjoll adalah sektor padi, disamping komoditas potensial lainnya seperti polowijo, semangka, kedelai, dan sebagainya.



Sedangkan kegiatan dalam sektor industri, sampai saat ini banyak masyarakat yang melakukan kegiatan industri baik industri rumah tangga maupun induatri lainnya. Berbagai kegiatan pelatihan dan pembinaan terus dilakukan baik oleh pemerintah desa, kabupaten  maupun pemerintah propinsi. Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan dan mengembangkan ketrampilan masyarakat, khususnya masyarakat usia kerja.

 
Foto 02 : Kegiatan pelatihan bidang industri kerajinan







 



Foto 03 : Salah satu sektor mata pencaharian penduduk Desa Brosot


Adanya Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang telah terwujud dan dikembangkan di Desa Brosot sejak tahun 2007, sangat mendukung kebutuhan masyarakat dalam hal permodalan. Dengan demikian, untuk waktu ke depan kebutuhan masyarakat akan permodalan yang menjadi penyangga utama bagi pengusaha kecil dan menengah akan dapat terpenuhi.
  
4. Sarana Perhubungan dan Informasi
Perkembangan sarana perhubungan yang kian baik di wilayah Desa Brosot semakin nampak. Pembangunan fisik dan infrastruktur lainnya yang terus dilakukan oleh Pemerintah Desa Brosot  menjadikan akses penduduk kesegala bidang dapat terpenuhi.
Dengan dibangunnya Jembatan Progo sangat membantu gerak dan laju pembangunan masyarakat di segala sektor. Sarana vital yang menghubungkan antara Kabupaten Kulon Progo dengan Kabupaten Bantul ini sangat berperan bagi kemajuan wilayah Desa Brosot. Kemudahan dalam mendapatkan sarana transportasi baik dari dan ke pusat kota Propinsi maupun pusat kota Kabupaten Kulon Progo memudahkan penduduk dalam mengakses berbagai kebutuhan.
 


Foto 04  : Salah satu kondisi sarana perhubungan di wilayah Desa Budaya Brosot
Sarana informasi yang saat ini telah berkembang dan dapat dinikmati olwh masyarakat wilayah Desa Brosot, memungkinkan adanya percepatan pertumbuhan dalam bidang ekonomi. Dalam rangka menunjang percepatan pertumbuhan ekonomi, pemerintah desa telah mewujudkan sebuah stasiun pemancar radio. Stasiun pemancar radio yang bernama Radio Swaradesa ini dimaksudkan untuk membantu masyarakat di dalam dan di luar desa Brosot dalam memperoleh informasi secara cepat dan murah serta kredibel.
Keberadaan Radio Swaradesa yang menempati frekuensi FM 107,7MHz sangat nyata peran aktifnya dalam membina informasi, terlebih lagi dalam pembinaan budaya serta adat tradisi yang masih ada. Melalui berbagai mata siarannya, Radio Swaradesa turut mewarnai dalam pembinaan dan pelestarian budaya di desa Brosot.  Mulai dari adat dan tradisi, kesenian, serta bidang lain seperti bidang pertanian, peternakan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya.
 




Foto 05 :  Keberadaan Radio Swaradesa turut mewarnai dan sangat berperan dalam pembinaan dan pelestarian budaya di Desa Brosot


5. Kegiatan Sosial dan Kelembagaan
Kelembagaan sosial yang ada di Desa Brosot saat ini masih berjalan dan melakukan aktifitas sesuai dengan bidang kelembagaan masing-masing. Baik kelembagaan formal maupun informal yang ada di Desa Brosot, masing-masing saling menjalin hubungan untuk dapat beraktifitas guna mendukung kegiatan Pemerintah Desa. Kelembagaan Desa seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), PKK, RT, RW dan lain-lain mempu melakukan berbagai aktifitas dan karya nyata. Kegiatan PKK yang dikelola oleh kaum wanita mampu mendukung berbagai kegiatan lainnya, seperti kegiatan pendidikan, kegiatan industri dan lain-lain. Dalam kegiatan pendidikan, PKK Desa Brosot berhasil mendirikan sebuah lembaga pendidikan Taman Kanak Kanak sejak tahun 1992. Dan pada tahun pelajaran 2006-2007 mampu mendirikan pendidikan bagi anak usia dini (PAUD = Pendidikan Anak Usia Dini) yang sangat membantu bagi anak-anak pra sekolah / pra Taman kanak Kanak untuk mengenal dunia pendidikan sesuai dengan tingkat pemahaman anak.





Foto 06 : Berbagai kegiatan sosial melalui aksi soaial baik pelayanan kesehatan, aksi pasar murah, gotong royong dan lain-lain masih berjalan di Desa Brosot


Karang Taruna di tingkat pedukuhan (UKKT) mampu melakukan pembinaan generasi muda di wilayah pedukuhan masing-masing. Kegiatan ini sangat membantu pemerintah desa dalam hal pembinaan generasi muda.  Dengan adanya Karang Taruna tingkat Desa, kegiatan-kegiatan olah raga, kesenian, sinoman serta aksi-aksi soaial dan lain-lain dapat berjalan dengan baik.
 

Foto 07 : Pertemuan Karang Taruna Tunas Karang Kemuning Desa Brosot
Disamping itu kegiatan kelembagaan lain sampai saat ini tetap tumbuh dan berkembang serta dapat  melakukan kegiatan sesuai dengan bidang kelembagaan masing-masing. Kegiatan tahlilan yang dilakukan setiap malam Jum’at berjalan secara rutin dan terbagi dalam tiap-tiap pedukuhan.
 
Foto 08 :Salah satu kelompok Jamaah Tahlil yang ada di setiap Pedukuhan


POTENSI BUDAYA
Desa Brosot  yang memiliki predikat “Desa Budaya”, memiliki berbagai potensi budaya dalam berbagai bentuk. Berbagai potensi terpendam masih dimiliki oleh desa, mulai dari potensi tatanan sosial, adat istiadat dan tradisi yang sampai sekarang masih tetap hidup dalam lingkungan masyarakat, sampai dengan potensi fisik baik sumber daya alam maupun sumberdaya manusia yang memungkinkan untuk mengarahkan wilayah desa kearah yang lebih maju. Sampai saat ini pihak pemerintah desa masih terus berupaya untuk memanfaatkan berbagai potensi tersebut melalui berbagai langkah. Pemberdayaan potensi terus dilakukan yang juga ditindaklanjuti dengan pemikiran-pemikiran konkrit. Tatanan sosial, adat-istiadat, tradisi dan budaya yang ada dan tumbuh dalam masyarakat terus dibina seiring dengan kemajuan pola pikir dan peradaban masyarakat desa.
1. Sietem Kepercayaan, Adat Istiadat dan Tradisi
a. Sistem Kepercayaan
Penduduk Desa Brosot mayoritas beragama Islam. Sistem kepercayaan yang berkembang pada masyarakat sampai saat ini masih berjalan dan terbina secara alami oleh masyarakat. Kegiatan tahlilan yang dilaksanakan oleh masyarakat secara rutin setiap malam Jum’at berjalan secara alami namun tetap terorganisir. Kegiatan ini berjalan secara serentak di masing-masing pedukuhan yang dipimpin oleh kaum rois dilaksanakan secara bergilir dari rumah ke rumah. Tujuan utama dari pelaksanaan tahlil rutin ini adalah untuk membantu keluarga yang ngundhuh / menerima giliran tahlil dalam mendoakan leluhur / keluarga yang telah meninggal dunia.
Disamping kegiatan tahlil yang dilaksanakan secara rutin setiap malam Jum’at., tahlilan juga dilaksanakan pada saat salah satu anggota keluarga ada yang meninggal dunia. Kegiatan ini umumnya dilaksanakan antara 3 sampai 7 hari tergantung keinginan keluarga / ahli waris.  Konon kegiatan tahlil ini dilaksanakan didasari oleh keyakinan masyarakat bahwa selama 7 hari sejak meninggalnya seseorang, arwah seseorang itu masih berada disekitar tempat tinggal semasa hidupnya. Arwah itu harus diantar dengan kalimah toyyibah, tahlil serta pujian dan dzikir. Meskipun sampai saat ini kegiatan tahlil yang ditujukan bagi orang yang baru saja meninggal ini masih dilaksanakan, tetapi dasar pelaksanaannya lebih cenderung tinggal meneruskan generasi sebelumnya (naluri/nalurek-ke).
Faham / kepercayaan lain yang juga masih berjalan dan berkembang di Desa Brosot adalah kebiasaan masyarakat dalam memberikan / membuat sesaji tatkala seseorang memiliki hajat. Sesaji ini dalam pengertian umum dimaksudkan untuk mendapatkan keselamatan bagi keluarga yang mempunyai hajat dan bagi pelaksanaan hajat itu sendiri. Secara khusus, sesaji tersebut merupakan sebuah simbol dan memiliki makna dalam kaitannya dengan kehidupan manusia.
 


Foto 09 : Salah satu ubarampe sesaji yang masih dilaksanakan masyarakat di Desa Brosot pada salah satu rangkaian Upacara Daur Hidup.

Kegiatan sesaji yang paling menonjol dalam masyarakat adalah sesaji manakala seseorang memiliki hajat dalam pernikahan (mantu). Sesaji ini biasanya diletakkan pada tempat-tempat tertentu, seperti perempatan/pertigaan jalan, disekitar benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan magis, dan sebagainya.
b. Adat Istiadat dan Tradisi
Semangat gotong royong masyarakat masih melekat dan sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini merupakan modal yang tak terhingga nilainya dalam upaya melestarikan budaya masyarakat desa. Gotong royong dalam membuat rumah, mengolah tanah serta gotong royong membangun dan memperbaiki fasilitas umum masih berjalan sampai sekarang. Tradisi gotong royong dalam membantu orang yang punya hajat (“nyumbang”) masih merupakan tradisi yang seolah tidak dapat dihilangkan.
Disamping itu gotong royong dalam upacara adat masih tetap dilestarikan sampai dengan generasi saat ini. Hal ini akan dapat mendukung lestarinya adat dan tradisi yang selama ini berlangsung sebagai warisan nenek moyang.
Kebiasaan bermusyawarah dalam pengambilan keputusan dalam masyarakat sampai sekarang masih menjadi dasar untuk menentukan suatu keputusan. Kebiasaan ini sangat besar manfaatnya dalam menekan seminimal mungkin timbulnya sengketa dan perselisihan dalam kelompok masyarakat.
Tradisi / adat saling memaafkan masih sangat kental dilaksanakan oleh masyarakat. Salah satu tradisi ini tampak pada pelaksanaan sungkeman pada tiap-tiap hari raya Idul Fitri antar keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat  masih berjalan. Tradisi ini mampu mengingatkan para kaum muda akan rasa hormat dan menanamkan sikap tata krama terhadap orang yang lebih tua.
1)       Upacara Adat
Upacara adat yang sampai saat ini masih berjalan di kalangan masyerakat Desa Brosot adalah Upacara Daur Hidup. Upacara adat seperti upacara kematian (upacara pemakaman) dan peringatan hari-hari kematian (upacara 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, dan nyandi pada hari ke-1000 dari hari kematian), tradisi pra perkawinan (obor-obor / nakokke, nglamar), upacara perkawinan (penggunaan ubarampe tradisi upacara, glagdag dan tarub, pelaksanaan tata upacara mulai dari kenduri buntu tarub, padusan/siraman, midodareni, adol sego bisu, pelaksanaan upacara panggih dengan pakaian adat, sungkeman, dan lain-lain ), upacara mitoni / tingkeban  bagi ibu yang hamil pertama kali, upacara kelahiran (brokohan bagi bayi yang baru lahir, jagongan bayi, selapanan bagi bayi yang berusia 35 hari),serta upacara adat lainnya sampai saat ini masih berjalan sesuai dengan adat yang berlaku di Desa Brosot.
 



Tradisi Pangkas Rikma dan Dodol Dawet dalam Upacara Siraman Calon Pengantin



Foto 10 :Salah satu rangkaian upacara daur hidup pernikahan yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Desa Brosot

2)        Upacara Tradisi
Salah satu upaya pemerintah desa dalam membina dan memotivasi masyarakat agar tetap melestarikan adat istiadat dan tradisi yang selama ini berjalan adalah dengan melaksanakan kegiatan Bersih Desa. Kegiatan Bersih Desa yang dilaksanakan bertujuan untuk mengingatkan dan mengajak masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam membersihkan lingkungan fisik serta mulat sarira. Disamping itu, Bersih Desa dilaksanakan dengan maksud untuk mensyukuri nikmat Allah SWT Tuhan yang Maha Esa atas kemakmuran yang diberikan kepada hamba-Nya.
Puncak acara dari kegiatan Bersih Desa adalah digelarnya sebuah pertunjukan Wayang Kulit dengan mengambil lokasi di Halaman Bale Desa Brosot.
Demikian juga upacara tradisi dalam kegiatan pertanian (wiwit panen), upacara dalam kegiatan peternakan (among-among bagi ternak yang melahirkan), upacara congkogan bagi orang yang sudah tua serta upacara tradisi dalam pengelolaan sumber daya dan upacara ritual lainnya masih dilaksanakan oleh masyarakat. Upacara tradisi lainnya yang masih dilaksanakan masyarakat adalah upacara Kenduri Nyadran dan Kenduri Ruwahan.

c. Paguyuban dan Kelompok Keagamaan
Di wilayah Desa Brosot, organisasi kemasyarakatan baik organisasi yang bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan, perekonomian, serta kelompok keagamaan tetap berjalan dan berkembang sesuai dengan kehidupan sosial masyarakat desa. Masing-masing kelompok memiliki organisasi tersendiri dan bergerak dalam bidang masing-masing. Tetapi meskipun masing-masing kelompok memiliki spesifikasi bidang kegiatan, hubungan antar kelompok yang ada dapat terjalin dengan baik dan saling melengkapi satu sama lain.  Adanya kelompok dan paguyuban ini tentunya sangat membantu dalam upaya pembinaan dan pelestarian budaya serta nilai-nilai budaya yang tetap harus dipertahankan.
Keterangan lengkap mengenai ragam jenis, nama kelompok serta bidang kegiatan dapat dirinci sebagaimana terlampir dalam Buku Profil Desa Budaya Brosot ini.
2. Situs Purbakala, Cagar Budaya, Peninggalan Kuno dan Rumah Adat
Situs Purbakala dalam bentuk bangunan fisik masih berdiri di wilayah Desa Brosot. Satu-satunya situs yang menjadi kebanggaan masyarakat Desa Brosot adalah Pesanggrahan, yang konon menjadi tempat peristirahatan Sri Paduka Paku Alam I sampai VIII dalam berburu Mliwis di pantai.. Situs ini terletak di atas tanah PA yang berlokasi di belakang Pasar Brosot. Sebelum terjadinya bencana alam Gempa Bumi 27 Mei 2006, situs yang berupa beteng ini masih berdiri memanjang dari selatan ke utara pada sisi barat dan sisi timur. Namun adanya peristiwa Gempa Bumi tahun 206 bangunan beteng banyak yang runtuh dan tinggal separoh bangunan beteng.
 





Foto 11 : Beteng Pesanggrahan yang merupakan bangunan peninggalan Pemerintah Puro Pakualaman Yogyakarta



Disamping situs berupa Beteng Pesanggrahan, salah satu peninggalan pemerintah Puro Pakualaman yang masih berdiri adalah prasasti berbentuk tugu pendek yang diatasnya terdapat relief berbentuk  buku.  Pada relief buku diatas tugu dan pada badan tugu terdapat tulisan “PA 17 – 3  1918 – 1938” Dari tulisan yang terdapat pada prasasti tersebut, menunjukkan bahwa prasasti ini dibuat pada tahun 1938. Prasasti tersebut dimaksudkan untuk memperingati sebuah peristiwa yang usianya sudah 125 tahun atau satu seperempat abad sebelum tahun 1938, yaitu tahun 1813, tepatnya pada tanggal 17 Maret 1813.
Menengok peristiwa tanggal 17 Maret 1838, dalam buku berjudul “Peprentahan Projo Kejawen”, diungkapkan bahwa piagam (SK) pengangkatan BPH Notokusumo menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam I dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono III pada tanggal 17 Maret 1813.
 





Foto 12 :
Prasasti yang terdapat di halaman Kantor Camat Galur, di Pedukuhan Klampok,  Brosot Galur Kulon Progo



Selanjutnya diketahui pula bahwa secara historis, desa Brosot pada awalnya adalah sebuah wilayah yang menjadi pusat (ibukota) dari sebuah wilayah Kabupaten. Dimana di daerah selatan Kulon Progo terdapat suatu wilayah yang masuk Keprajan Kejawen yang bernama Karang Kemuning yang selanjutnya dikenal dengan nama Kabupaten Adikarto.
Menurut buku Vorstenlanden disebutkan bahwa pada tahun 1813, Pangeran Notokusumo diangkat menjadi KGPA Ario Paku Alam I dan mendapat palungguh di sebelah barat Kali Progo sepanjang pantai selatan yang dikenal dengan nama Pasir Urut Sewu. Oleh karena tanah pelungguh itu letaknya berpencaran, maka sentono ndalem Paku Alam yang bernama Kyai Kawirejo I menasehatkan agar tanah pelungguh tersebut disatukan letaknya. Dengan disatukannya pelungguh tersebut, maka menjadi satu daerah kesatuan yang setingkat kabupaten. Daerah ini kemudian diberi nama Kabupaten Karang Kemuning dengan ibukota Brosot. Namun dimana letak pusat pemerintahan ini sampai sekarang belum diketahui. Apakah prasasti tersebut ada keterkaitan dengan Kadipaten Adikarta dan apakah prasasti tersebut erat kaitannya dengan sejarah Kabupaten Karang Kemuning secara rinci belum dapat diungkapkan dalam Buku Profil Desa Budaya ini. 
Bangunan lain yang dapat ditemukan di Desa Budaya Brosot adalah Tugu Brosot. Tugu yang berdiri tepat di tengah pertigaan Jalan Raya Brosot merupakan salah satu ciri khas Desa Brosot. Sampai saat ini kondisi tugu tersebut masih utuh dan terawat.

Foto  13 :  Tugu Brosot yang  merupakan salah satu ciri khas Desa Brosot.

Sebuah bangunan lain peninggalan kuno yang bernilai sejarah adalah Jembatan Progo. Jembatan yang panjangnya kurang lebih 750 meter ini telah mengalami beberapa kali renovasi. Pada awalnya jembatan ini hanya memiliki lebar kurang lebih 1,5 meter dan lantai jembatan hanya terbuat dari potongan kayu yang ditata berjajar. Pada renovasi selanjutnya lebar badan jembatan menjadi kurang lebih 7 meter. Namun oleh karena pengaruh faktor alam, yaitu adanya pendangkalan dasar sungai Progo, pada tahun 2000 jembatan tersebut mengalami ambles pada bagian tengah. Oleh karena jembatan tersebut merupakan sarana vital bagi seluruh sektor kegiatan. Akhirnya pada tahun 2006 jembatan tersebut tidak difungsikan dan digantikan oleh jembatan baru yang dibangun di sebelah selatan jembatan lama.

 

Foto 14 : Bangunan jembatan Progo  lama yang telah digantikan dengan jembatan baru yang merupakan sarana penghubung antara Kabupaten Kulon Progo dengan Kabupaten Bantul.
 
Rumah-rumah adat seperti rumah joglo, limasan dan kampung dengan bentuk dan struktur bangunan yang asli masih tampak berdiri di lingkungan masyarakat Desa Brosot, dimana hal ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat Desa Brosot masih nguri-uri budaya warisan leluhur. Namun demikian ada beberapa rumah joglo dan limasan yang telah mengalami renovasi. Renovasi ini dilakukan tidak merobah setruktur dan bentuk dasar bangunan, tetapi kebanyakan merenovasi pada bagian dinding. Sebagian besar renovasi dilakukan dengan alasan keamanan.



Foto 15 : Rumah Joglo yang masih banyak terdapat di Desa Brosot

















3. Kesenian
a. Kesenian Tradisional
Kelompok seni tradisional seperti Reog Wayang, Karawitan, Senii Tari, Seni Karawitan, Panemggromo, Seni Mocopat dan lain-lain masih tumbuh dan berkembang. Kegiatan tersebut secara mandiri melaksanakan kegiatan di wilayah masing-masing.

 

b. Kesenian Non Tradisional / Modern
Kesenian modern tumbuh dan berkembang cukup pesat. Group-group kesenian bermunculan dan melakukan aktifitas secara mandiri. Seni Campursari, Seni Sholawat Modern, Dance Group, dan lain-lain mampu melaksanakan kegiatan dan telah berkali-kali melaksanakan kegiatan pentas secara mandiri.
 


Demikian Profil Desa Budaya ini disusun sebagai gambaran bagi pelaksanaan kegiatan pengembangan potensi budaya yang ada di wilayah desa Brosot. Tak banyak harapan yang dikehendaki kecuali semoga nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dapat lestari.

Brosot,  Nopember 2012
Pengurus Desa Budaya

Ttd.



K e t u a






Tidak ada komentar:

Posting Komentar