ROFIL
DESA BUDAYA
DESA
BROSOT KECAMATAN GALUR
KABUPATEN
KULON PROGO
(Rekonstruksi 2012)
A. PENDAHULUAN
Penetapan Desa Brosot sebagai Desa Budaya oleh
Gubernur DIY melalui SK Nomor 325/KPTS/1995, tentang Pembentukan Desa Bina
Budaya, menjadikan Desa Brosot sebagai salah satu desa dari 32 desa budaya,
berada dalam bagian penting dalam proses pembinaan potensi budaya desa.
Predikat Desa Budaya bagi Desa Brosot merupakan wahana bagi pembinaan,
pengembangan dan pelestarian segala potensi budaya yang ada, sehingga
diharapkan dapat terwujud suatu tatanan masyarakat yang harmonis yang mau dan
mampu menghargai nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang di desa Brosot
Desa
Brosot adalah sebuah desa yang terletak di bagian tenggara Kabupaten Kulon
Progo. Secara historis, desa Brosot pada awalnya adalah sebuah wilayah yang
menjadi pusat (ibukota) dari sebuah wilayah Kabupaten. Dimana di daerah selatan
Kulon Progo terdapat suatu wilayah yang masuk Keprajan Kejawen yang bernama
Karang Kemuning yang selanjutnya dikenal dengan nama Kabupaten Adikarta.
Menurut buku Vorstenlanden disebutkan bahwa pada tahun 1813, Pangeran Notokusumo diangkat menjadi KGPA Ario Paku Alam I dan mendapat palungguh di sebelah barat Kali Progo sepanjang pantai selatan yang dikenal dengan nama Pasir Urut Sewu. Oleh karena tanah pelungguh itu letaknya berpencaran, maka sentono ndalem Paku Alam yang bernama Kyai Kawirejo I menasehatkan agar tanah pelungguh tersebut disatukan letaknya. Dengan satukannya pelungguh tersebut, maka menjadi satu daerah kesatuan yang setingkat kabupaten. Daerah ini kemudian diberi nama Kabupaten Karang Kemuning dengan ibukota Brosot.
Predikat
“Desa Budaya” yang disandang oleh Desa Brosot, di dalamnya terkandung sebuah
tuntutan yang sangat besar yang membutuhkan perhatian dari berbagai pihak.
Tuntutan tersebut mengharuskan adanya campur tangan berbagai pihak, termasuk di
dalamnya pemerintah, baik pusat maupun daerah untuk melakukan berbagai
pembinaan terhadap setiap sektor kegiatan yang ada. Pembinaan tersebut
diharapkan mampu menunjang potensi yang dimiliki desa, sehingga potensi-potensi
tersebut dapat tergarap sesuai dengan keadaan desa.
Berbagai
potensi terpendam masih dimiliki oleh desa, mulai dari potensi tatanan sosial,
adat istiadat dan tradisi (yang sampai
sekarang masih tetap hidup dalam lingkungan masyarakat), sampai dengan
potensi fisik baik sumber daya alam maupun sumberdaya manusia yang memungkinkan
untuk mengarahkan wilayah desa kearah yang lebih maju. Sampai saat ini pihak
pemerintah desa masih terus berupaya untuk memanfaatkan berbagai potensi
tersebut melalui berbagai langkah. Pemberdayaan potensi terus dilakukan yang
juga ditindaklanjuti dengan pemikiran-pemikiran konkrit. Tatanan sosial,
adat-istiadat, tradisi dan budaya yang ada dan tumbuh dalam masyarakat terus
dibina seiring dengan kemajuan pola pikir dan peradaban masyarakat desa.
Dalam pengelolaan Desa Budaya, baik pemerintah desa, lembaga kemasyarakatan, para tokoh masyarakat serta masyarakat telah saling bersinergi guna mewujudkan masyarakat desa yang berbudaya, sehingga akan terwujud masyarakat yang maju dan mandiri baik secara sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya.
Dalam pengelolaan Desa Budaya, baik pemerintah desa, lembaga kemasyarakatan, para tokoh masyarakat serta masyarakat telah saling bersinergi guna mewujudkan masyarakat desa yang berbudaya, sehingga akan terwujud masyarakat yang maju dan mandiri baik secara sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya.
A. GAMBARAN UMUM DESA BUDAYA BROSOT
1. Letak dan Kondisi Geografis
Desa
Brosot adalah satu-satunya desa dalam lingkup wilayah Kecamatan Galur yang
tepat berada di pintu gerbang Kabupaten Kulon Progo bagian selatan.. Desa Brosot terdiri dari 10
Pedukuhan yang terbagi dalam 44 RT dan 20 RW serta memiliki luas wilayah
323.3375 Ha. dengan batas wilayah sebagai berikut :
Ø
Sebelah
Utara : Desa Jatirejo
Kecamatan Lendah
Ø
Sebelah
Selatan : Desa Kranggan
Kecamatan Galur
Ø
Sebelah
Barat : Desa Pandowan Kecamatan Galur
Ø
Sebelah
Timur : Sungai Progo / Kabupaten
Bantul
Sepuluh wilayah
Pedukuhan yang ada di wilayah Desa Brosot terdiri dari Pedukuhan I sampai
dengan Pedukuhan 10., dengan masing-masing wilayah pedukuhan dipimpin oleh
seorang Dukuh. Secara urut pembagian wilayah pedukuhan dan jumlah wilayah RT
dan wilayah RW pada masing-masing Pedukuhan serta nama Dukuh adalah sebagai
berikut :
Tabel
1. DATA PEMBAGIAN WILAYAH PEDUKUHAN,
JUMLAH RT / RW
DAN NAMA DUKUH SE WILAYAH DESA
BROSOT
NO
|
NAMA PEDUKUHAN
|
JML
RT
|
JML
RW
|
NAMA DUKUH
|
1.
|
Pedukuhan I Kutan
|
6
|
2
|
Subardja
|
2.
|
Pedukuhan II Brosot
|
4
|
2
|
Pujiyo
|
3.
|
Pedukuhan III Pulo
|
4
|
2
|
Sutarno
|
4.
|
Pedukuhan IV Klampok
|
4
|
2
|
Budiyono
|
5.
|
Pedukuhan V Bantengan Lor
|
5
|
2
|
Suwandi
|
6.
|
Pedukuhan VI Bantengan Kidul
|
4
|
2
|
Karyatin
|
7.
|
Pedukuhan VII Nepi
|
4
|
2
|
Jumari
|
8.
|
Pedukuhan VIII Modinan
|
4
|
2
|
Sukardi
|
9.
|
Pedukuhan IX Karang
|
4
|
2
|
Sudarsa
|
10.
|
Pedukuhan X Jeronan
|
5
|
2
|
Sumarjo
|
Jumlah
|
44
|
20
|
Sumber : Pemerintah Desa Brosot Tahun 2012.
Topografi wilayah
Desa Brosot hampir seluruhnya (+ 322.5336 Ha) berupa dataran dengan
ketinggian 5 m di atas permukaan air laut, memiliki curah hujan rata-rata per
tahun 1600 mm serta suhu rata-rata 300 C. Sedangkan dari seluruh
luas wilayah tersebut, 237.2245 Ha merupakan tanah subur. Disamping itu, Desa
Brosot memiliki ketersediaan kawasan tata ruang pedesaan yaitu :
Tabel
2. DATA KETERSEDIAAN KAWASAN TATA RUANG PEDESAAN
No
|
Ketresediaan
Lahan
|
Luas
(Ha)
|
1
|
Kawasan
Perdagangan
|
8.5000
Ha
|
2
|
Kawasan
Industri
|
2.5000
Ha
|
3
|
Kawasan
Peternakan
|
5.0000
Ha
|
4
|
Kawasan
Pemukiman
|
48.6673
Ha
|
5
|
Kawasan
Pertanian
|
99.0817
Ha
|
Sumber : PemerintahDesa Brosot,
tahun 2012
2. Keadaan Sosial dan
Penduduk
Pembangunan yang
berjalan di Desa Brosot, tidak bisa lepas dari partisipasi dan peran serta
masyarakat. Swadaya masyarakat Desa Brosot sangat besar manfaatnya bagi perkambangan dan kemajuan desa. Dengan
jumlah penduduk Desa Brosot yang pada akhir bulan Desember 2008 yang berjumlah
4853 jiwa, terdiri dari 2387 orang penduduk laki-laki dan 2466 orang penduduk
perempuan yang terkelompok dalam 1438 orang Kepala Keluarga, merupakan potensi
yang sangat besar untuk melaksanakan kegiatan pembangunan.
Secara rinci,
komposisi jumlah penduduk dan Kepala Keluarga yang tersebar di wilayah
masing-masing pedukuhan di Desa Brosot adalah sebagai berikut :
Tabel 3.
KOMPOSISI JUMLAH PENDUDUK DAN KEPALA KELUARGA
NO
|
NAMA
PEDUKUHAN
|
JUMLAH
JIWA
|
JML
|
JUMLAH
KK
|
JML
|
||
L
|
P
|
L
|
P
|
||||
1.
|
Kutan
|
349
|
381
|
730
|
122
|
28
|
210
|
2.
|
Brosot
|
226
|
224
|
450
|
107
|
28
|
135
|
3.
|
Pulo
|
182
|
185
|
367
|
110
|
21
|
131
|
4.
|
Klampok
|
271
|
291
|
562
|
159
|
||
5.
|
Bantengan Lor
|
341
|
397
|
688
|
191
|
||
6.
|
Bantengan Kidul
|
179
|
199
|
378
|
90
|
18
|
108
|
7.
|
Nepi
|
247
|
232
|
479
|
141
|
||
8.
|
Modinan
|
168
|
176
|
344
|
99
|
||
9.
|
Karang
|
152
|
161
|
313
|
92
|
||
10.
|
Jeronan
|
272
|
270
|
542
|
141
|
31
|
172
|
Jumlah
|
2387
|
2466
|
4853
|
1438
|
Sumber : Pemerintah Desa Brosot
Tahun 2012
Potensi
sumberdaya manusia yang dimiliki tentunya dapat menunjang kegiatan pembangunan
disamping juga potensi swadaya masyarakatnya dapat sebagai motor penggerak
pembangunan di wilayahnya masing-masing sesuai dengan kemampuan masyarakatnya.
Tanpa adanya swadaya dari masyarakat maka pembangunan di wilayah Desa tidak
akan dapat berkembang sesuai dengan perkembangan saat ini.
Semangat gotong
royong masih sangat dominan dan tumbuh dalam lingkungan masyarakat. Sikap
gotong royong ini muncul dalam berbagai bentuk. Salah satu sikap gotong royong
yang sampai sekarang masih berjalan adalah bentuk gotong royong dalam upacara
adat, seperti upacara perkawinan, upacara kelahiran, upacara kematian, dan
sebagainya. Disamping itu bentuk gotong royong dalam membangun fasilitas umum
juga masih berjalan dengan baik.
3. Kegiatan Ekonomi
Kesejahteraan
masyarakat merupakan sasaran yang terus menerus diusahakan untuk dapat dicapai.
Dengan upaya ini diharapkan dapat terwujud pola kehidupan masyarakat yang
mandiri dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Dalam kegiatan sektor
pertanian, masih banyak yang bertumpu pada pertanian padi. Sektor lain juga
cukup mendapat perhatian petani. Potensi pertanian non padi yang sampai
sekarang masih dikembangkan misalnya pertanian semangka, melon, brambang dan
lombok. Selain pertanian, sektor perternakan yang juga memiliki potensi untuk
dikembangkan. Kegiatan perekonomian
masyarakat desa Brosot yang menonjol adalah kegiatan pertanian (termasuk
didalamnya bidang peternakan), perdagangan dan industri yang tersebar di 10
wilayah Pedukuhan. Tabel dibawah ini menunjukkan komposisi mata pencaharian
penduduk Desa Brosot.
Tabel
4. KOMPOSISI MATA PENCAHARIAN PENDUDUK
DESA
BROSOT TAHUN 2008
NO
|
MATA PENCAHARIAN
|
JUMLAH
|
( % )
|
1
|
Pertanian
|
1123
|
39,09
%
|
2
|
Peternak
|
335
|
11,66
%
|
3
|
Industri
|
308
|
10,72
%
|
4
|
Pegawai
|
498
|
17,33
%
|
5
|
Pertukangan
|
105
|
3,65
%
|
6
|
Jasa
|
98
|
3,41
%
|
7
|
Perdagangan
|
406
|
14,13
%
|
Jumlah
|
2873
|
100,00
%
|
Sumber : Pemerintah Desa Brosot
Tahun 2012.
Foto 01. Jenis-jenis komoditas pertanian di Desa Budaya Brosot |
Adanya pasar desa
yang berada di desa Brosot dan tepat berada di pusat kota Kecamatan Galur,
sangat mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Disamping itu, adanya kios desa
yang merupakan milik pemerintah desa mampu menghidupkan kegiatan sektor ekonomi
dan menjadi faktor penunjang meningkatnya kegiatan dibidang perekonomian.
Kegiatan sektor
pertanian, sampai saat ini masih mampu untuk mencukupi kebutuhan masyarakat
dalam hal kebutuhan hasil pertanian, disamping juga mampu memenuhi kebutuhan
perdagangan hasil pertanian. Di sektor pertanian, jenis komoditas pertanian
yang paling menonjoll adalah sektor padi, disamping komoditas potensial lainnya
seperti polowijo, semangka, kedelai, dan sebagainya.
Sedangkan kegiatan dalam sektor industri, sampai saat ini banyak masyarakat yang melakukan kegiatan industri baik industri rumah tangga maupun induatri lainnya. Berbagai kegiatan pelatihan dan pembinaan terus dilakukan baik oleh pemerintah desa, kabupaten maupun pemerintah propinsi. Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan dan mengembangkan ketrampilan masyarakat, khususnya masyarakat usia kerja.
Foto 02 : Kegiatan pelatihan bidang industri kerajinan |
Foto 03 : Salah
satu sektor mata pencaharian penduduk Desa Brosot
Adanya Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang telah terwujud dan dikembangkan di Desa Brosot sejak tahun 2007, sangat mendukung kebutuhan masyarakat dalam hal permodalan. Dengan demikian, untuk waktu ke depan kebutuhan masyarakat akan permodalan yang menjadi penyangga utama bagi pengusaha kecil dan menengah akan dapat terpenuhi.
4. Sarana
Perhubungan dan Informasi
Perkembangan
sarana perhubungan yang kian baik di wilayah Desa Brosot semakin nampak. Pembangunan
fisik dan infrastruktur lainnya yang terus dilakukan oleh Pemerintah Desa
Brosot menjadikan akses penduduk
kesegala bidang dapat terpenuhi.
Dengan
dibangunnya Jembatan Progo sangat membantu gerak dan laju pembangunan
masyarakat di segala sektor. Sarana vital yang menghubungkan antara Kabupaten
Kulon Progo dengan Kabupaten Bantul ini sangat berperan bagi kemajuan wilayah
Desa Brosot. Kemudahan dalam mendapatkan sarana transportasi baik dari dan ke
pusat kota Propinsi maupun pusat kota Kabupaten Kulon Progo memudahkan penduduk
dalam mengakses berbagai kebutuhan.
Foto
04 : Salah satu kondisi sarana
perhubungan di wilayah Desa Budaya Brosot
Sarana informasi yang saat ini
telah berkembang dan dapat dinikmati olwh masyarakat wilayah Desa Brosot,
memungkinkan adanya percepatan pertumbuhan dalam bidang ekonomi. Dalam rangka
menunjang percepatan pertumbuhan ekonomi, pemerintah desa telah mewujudkan
sebuah stasiun pemancar radio. Stasiun pemancar radio yang bernama Radio
Swaradesa ini dimaksudkan untuk membantu masyarakat di dalam dan di luar desa
Brosot dalam memperoleh informasi secara cepat dan murah serta kredibel.
Foto 05 : Keberadaan Radio Swaradesa turut mewarnai dan
sangat berperan dalam pembinaan dan pelestarian budaya di Desa Brosot
5. Kegiatan Sosial dan Kelembagaan
Kelembagaan sosial
yang ada di Desa Brosot saat ini masih berjalan dan melakukan aktifitas sesuai
dengan bidang kelembagaan masing-masing. Baik kelembagaan formal maupun
informal yang ada di Desa Brosot, masing-masing saling menjalin hubungan untuk
dapat beraktifitas guna mendukung kegiatan Pemerintah Desa. Kelembagaan Desa
seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), PKK, RT, RW dan lain-lain
mempu melakukan berbagai aktifitas dan karya nyata. Kegiatan PKK yang dikelola
oleh kaum wanita mampu mendukung berbagai kegiatan lainnya, seperti kegiatan
pendidikan, kegiatan industri dan lain-lain. Dalam kegiatan pendidikan, PKK
Desa Brosot berhasil mendirikan sebuah lembaga pendidikan Taman Kanak Kanak
sejak tahun 1992. Dan pada tahun pelajaran 2006-2007 mampu mendirikan
pendidikan bagi anak usia dini (PAUD = Pendidikan Anak Usia Dini) yang sangat
membantu bagi anak-anak pra sekolah / pra Taman kanak Kanak untuk mengenal
dunia pendidikan sesuai dengan tingkat pemahaman anak.
Foto 06 : Berbagai kegiatan sosial melalui aksi soaial baik pelayanan kesehatan, aksi pasar murah, gotong royong dan lain-lain masih berjalan di Desa Brosot
Foto 06 : Berbagai kegiatan sosial melalui aksi soaial baik pelayanan kesehatan, aksi pasar murah, gotong royong dan lain-lain masih berjalan di Desa Brosot
Karang Taruna di
tingkat pedukuhan (UKKT) mampu melakukan pembinaan generasi muda di wilayah
pedukuhan masing-masing. Kegiatan ini sangat membantu pemerintah desa dalam hal
pembinaan generasi muda. Dengan adanya
Karang Taruna tingkat Desa, kegiatan-kegiatan olah raga, kesenian, sinoman
serta aksi-aksi soaial dan lain-lain dapat berjalan dengan baik.
Foto
07 : Pertemuan Karang Taruna Tunas Karang Kemuning Desa Brosot
Disamping itu kegiatan kelembagaan
lain sampai saat ini tetap tumbuh dan berkembang serta dapat melakukan kegiatan sesuai dengan bidang
kelembagaan masing-masing. Kegiatan tahlilan yang dilakukan setiap malam
Jum’at berjalan secara rutin dan terbagi dalam tiap-tiap pedukuhan.
Foto 08 :Salah satu kelompok
Jamaah Tahlil yang ada di setiap Pedukuhan
POTENSI
BUDAYA
Desa Brosot yang memiliki predikat “Desa Budaya”,
memiliki berbagai potensi budaya dalam berbagai bentuk. Berbagai potensi
terpendam masih dimiliki oleh desa, mulai dari potensi tatanan sosial, adat
istiadat dan tradisi yang sampai sekarang masih tetap hidup dalam lingkungan
masyarakat, sampai dengan potensi fisik baik sumber daya alam maupun sumberdaya
manusia yang memungkinkan untuk mengarahkan wilayah desa kearah yang lebih
maju. Sampai saat ini pihak pemerintah desa masih terus berupaya untuk
memanfaatkan berbagai potensi tersebut melalui berbagai langkah. Pemberdayaan
potensi terus dilakukan yang juga ditindaklanjuti dengan pemikiran-pemikiran
konkrit. Tatanan sosial, adat-istiadat, tradisi dan budaya yang ada dan tumbuh
dalam masyarakat terus dibina seiring dengan kemajuan pola pikir dan peradaban
masyarakat desa.
1.
Sietem Kepercayaan, Adat Istiadat dan Tradisi
a.
Sistem Kepercayaan
Penduduk Desa
Brosot mayoritas beragama Islam. Sistem kepercayaan yang berkembang pada
masyarakat sampai saat ini masih berjalan dan terbina secara alami oleh
masyarakat. Kegiatan tahlilan yang dilaksanakan oleh
masyarakat secara rutin setiap malam Jum’at berjalan secara alami namun tetap
terorganisir. Kegiatan ini berjalan secara serentak di masing-masing pedukuhan
yang dipimpin oleh kaum rois dilaksanakan secara bergilir dari rumah ke rumah.
Tujuan utama dari pelaksanaan tahlil rutin ini adalah untuk membantu keluarga
yang ngundhuh
/ menerima giliran tahlil dalam mendoakan leluhur / keluarga yang telah
meninggal dunia.
Disamping kegiatan
tahlil yang dilaksanakan secara rutin setiap malam Jum’at., tahlilan juga
dilaksanakan pada saat salah satu anggota keluarga ada yang meninggal dunia.
Kegiatan ini umumnya dilaksanakan antara 3 sampai 7 hari tergantung keinginan
keluarga / ahli waris. Konon kegiatan tahlil
ini dilaksanakan didasari oleh keyakinan masyarakat bahwa selama 7 hari sejak
meninggalnya seseorang, arwah seseorang itu masih berada disekitar tempat
tinggal semasa hidupnya. Arwah itu harus diantar dengan kalimah toyyibah,
tahlil serta pujian dan dzikir. Meskipun sampai saat ini kegiatan tahlil yang
ditujukan bagi orang yang baru saja meninggal ini masih dilaksanakan, tetapi
dasar pelaksanaannya lebih cenderung tinggal meneruskan generasi sebelumnya (naluri/nalurek-ke).
Faham / kepercayaan
lain yang juga masih berjalan dan berkembang di Desa Brosot adalah kebiasaan
masyarakat dalam memberikan / membuat sesaji tatkala seseorang memiliki
hajat. Sesaji ini dalam pengertian umum dimaksudkan untuk mendapatkan
keselamatan bagi keluarga yang mempunyai hajat dan bagi pelaksanaan hajat itu
sendiri. Secara khusus, sesaji tersebut merupakan sebuah simbol dan memiliki
makna dalam kaitannya dengan kehidupan manusia.
Foto
09 : Salah satu ubarampe sesaji yang masih dilaksanakan masyarakat di Desa
Brosot pada salah satu rangkaian Upacara Daur Hidup.
Kegiatan sesaji
yang paling menonjol dalam masyarakat adalah sesaji manakala seseorang memiliki
hajat dalam pernikahan (mantu). Sesaji ini biasanya diletakkan pada
tempat-tempat tertentu, seperti perempatan/pertigaan jalan, disekitar
benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan magis, dan sebagainya.
b.
Adat Istiadat dan Tradisi
Semangat gotong
royong masyarakat masih melekat dan sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini merupakan modal yang tak terhingga nilainya dalam upaya melestarikan
budaya masyarakat desa. Gotong royong dalam membuat rumah, mengolah tanah serta
gotong royong membangun dan memperbaiki fasilitas umum masih berjalan sampai
sekarang. Tradisi gotong royong dalam membantu orang yang punya hajat (“nyumbang”)
masih merupakan tradisi yang seolah tidak dapat dihilangkan.
Disamping itu
gotong royong dalam upacara adat masih tetap dilestarikan sampai dengan
generasi saat ini. Hal ini akan dapat mendukung lestarinya adat dan tradisi
yang selama ini berlangsung sebagai warisan nenek moyang.
Kebiasaan
bermusyawarah dalam pengambilan keputusan dalam masyarakat sampai sekarang
masih menjadi dasar untuk menentukan suatu keputusan. Kebiasaan ini sangat
besar manfaatnya dalam menekan seminimal mungkin timbulnya sengketa dan
perselisihan dalam kelompok masyarakat.
Tradisi / adat
saling memaafkan masih sangat kental dilaksanakan oleh masyarakat. Salah satu
tradisi ini tampak pada pelaksanaan sungkeman pada tiap-tiap hari raya Idul
Fitri antar keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat masih berjalan. Tradisi ini mampu
mengingatkan para kaum muda akan rasa hormat dan menanamkan sikap tata
krama terhadap orang yang lebih tua.
1) Upacara Adat
Upacara adat yang
sampai saat ini masih berjalan di kalangan masyerakat Desa Brosot adalah
Upacara Daur Hidup. Upacara adat seperti upacara kematian (upacara pemakaman) dan
peringatan hari-hari kematian (upacara 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun,
dan nyandi pada hari ke-1000 dari hari kematian), tradisi pra
perkawinan (obor-obor / nakokke, nglamar), upacara perkawinan (penggunaan
ubarampe tradisi upacara, glagdag dan tarub, pelaksanaan tata upacara mulai
dari kenduri buntu tarub, padusan/siraman, midodareni, adol sego bisu,
pelaksanaan upacara panggih dengan pakaian adat, sungkeman, dan lain-lain ),
upacara mitoni / tingkeban bagi
ibu yang hamil pertama kali, upacara kelahiran (brokohan
bagi bayi yang baru lahir, jagongan bayi, selapanan bagi bayi yang berusia 35
hari),serta upacara adat lainnya sampai saat ini masih berjalan sesuai
dengan adat yang berlaku di Desa Brosot.
Tradisi Pangkas Rikma dan Dodol Dawet dalam Upacara Siraman Calon Pengantin
|
Foto 10 :Salah satu rangkaian upacara daur hidup pernikahan yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Desa Brosot
2) Upacara Tradisi
Salah satu upaya
pemerintah desa dalam membina dan memotivasi masyarakat agar tetap melestarikan
adat istiadat dan tradisi yang selama ini berjalan adalah dengan melaksanakan
kegiatan Bersih Desa. Kegiatan Bersih Desa yang dilaksanakan bertujuan untuk
mengingatkan dan mengajak masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam membersihkan lingkungan fisik serta mulat sarira. Disamping itu, Bersih
Desa dilaksanakan dengan maksud untuk mensyukuri nikmat Allah SWT Tuhan yang
Maha Esa atas kemakmuran yang diberikan kepada hamba-Nya.
Puncak acara dari
kegiatan Bersih Desa adalah digelarnya sebuah pertunjukan Wayang Kulit dengan
mengambil lokasi di Halaman Bale Desa Brosot.
Demikian juga
upacara tradisi dalam kegiatan pertanian (wiwit panen), upacara dalam
kegiatan peternakan (among-among bagi ternak yang melahirkan), upacara congkogan
bagi orang yang sudah tua serta upacara tradisi dalam pengelolaan sumber daya
dan upacara ritual lainnya masih dilaksanakan oleh masyarakat. Upacara tradisi
lainnya yang masih dilaksanakan masyarakat adalah upacara Kenduri Nyadran dan Kenduri
Ruwahan.
c. Paguyuban dan Kelompok Keagamaan
Di wilayah Desa
Brosot, organisasi kemasyarakatan baik organisasi yang bergerak dalam bidang
sosial kemasyarakatan, perekonomian, serta kelompok keagamaan tetap berjalan
dan berkembang sesuai dengan kehidupan sosial masyarakat desa. Masing-masing
kelompok memiliki organisasi tersendiri dan bergerak dalam bidang
masing-masing. Tetapi meskipun masing-masing kelompok memiliki spesifikasi
bidang kegiatan, hubungan antar kelompok yang ada dapat terjalin dengan baik
dan saling melengkapi satu sama lain.
Adanya kelompok dan paguyuban ini tentunya sangat membantu dalam upaya
pembinaan dan pelestarian budaya serta nilai-nilai budaya yang tetap harus
dipertahankan.
Keterangan lengkap
mengenai ragam jenis, nama kelompok serta bidang kegiatan dapat dirinci
sebagaimana terlampir dalam Buku Profil Desa Budaya Brosot ini.
2.
Situs Purbakala, Cagar Budaya, Peninggalan Kuno dan Rumah Adat
Situs Purbakala
dalam bentuk bangunan fisik masih berdiri di wilayah Desa Brosot. Satu-satunya
situs yang menjadi kebanggaan masyarakat Desa Brosot adalah Pesanggrahan,
yang konon menjadi tempat peristirahatan Sri Paduka Paku Alam I sampai VIII
dalam berburu Mliwis di pantai.. Situs ini terletak di atas tanah PA yang
berlokasi di belakang Pasar Brosot. Sebelum terjadinya bencana alam Gempa Bumi
27 Mei 2006, situs yang berupa beteng ini masih berdiri memanjang dari selatan
ke utara pada sisi barat dan sisi timur. Namun adanya peristiwa Gempa Bumi
tahun 206 bangunan beteng banyak yang runtuh dan tinggal separoh bangunan
beteng.
Foto 11 : Beteng Pesanggrahan yang merupakan bangunan peninggalan Pemerintah Puro Pakualaman Yogyakarta
Disamping situs
berupa Beteng Pesanggrahan, salah satu peninggalan pemerintah Puro Pakualaman
yang masih berdiri adalah prasasti berbentuk tugu pendek yang diatasnya
terdapat relief berbentuk buku. Pada relief buku diatas tugu dan pada badan
tugu terdapat tulisan “PA 17 – 3 1918 –
1938” Dari tulisan yang terdapat pada prasasti tersebut, menunjukkan bahwa
prasasti ini dibuat pada tahun 1938. Prasasti tersebut dimaksudkan untuk
memperingati sebuah peristiwa yang usianya sudah 125 tahun atau satu seperempat
abad sebelum tahun 1938, yaitu tahun 1813, tepatnya pada tanggal 17 Maret 1813.
Menengok peristiwa
tanggal 17 Maret 1838, dalam buku berjudul “Peprentahan Projo Kejawen”,
diungkapkan bahwa piagam (SK) pengangkatan BPH Notokusumo menjadi Kanjeng Gusti
Pangeran Adipati Paku Alam I dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono III pada
tanggal 17 Maret 1813.
Foto
12 :
Prasasti yang
terdapat di halaman Kantor Camat Galur, di Pedukuhan Klampok, Brosot Galur Kulon Progo
Selanjutnya
diketahui pula bahwa secara historis, desa Brosot pada awalnya adalah sebuah
wilayah yang menjadi pusat (ibukota) dari sebuah wilayah Kabupaten. Dimana di
daerah selatan Kulon Progo terdapat suatu wilayah yang masuk Keprajan Kejawen
yang bernama Karang Kemuning yang selanjutnya dikenal dengan nama Kabupaten
Adikarto.
Bangunan lain yang dapat ditemukan di Desa Budaya Brosot adalah Tugu Brosot. Tugu yang berdiri tepat di tengah pertigaan Jalan Raya Brosot merupakan salah satu ciri khas Desa Brosot. Sampai saat ini kondisi tugu tersebut masih utuh dan terawat.
Sebuah bangunan
lain peninggalan kuno yang bernilai sejarah adalah Jembatan Progo. Jembatan
yang panjangnya kurang lebih 750 meter ini telah mengalami beberapa kali
renovasi. Pada awalnya jembatan ini hanya memiliki lebar kurang lebih 1,5 meter
dan lantai jembatan hanya terbuat dari potongan kayu yang ditata berjajar. Pada
renovasi selanjutnya lebar badan jembatan menjadi kurang lebih 7 meter. Namun
oleh karena pengaruh faktor alam, yaitu adanya pendangkalan dasar sungai Progo,
pada tahun 2000 jembatan tersebut mengalami ambles pada bagian tengah. Oleh
karena jembatan tersebut merupakan sarana vital bagi seluruh sektor kegiatan.
Akhirnya pada tahun 2006 jembatan tersebut tidak difungsikan dan digantikan
oleh jembatan baru yang dibangun di sebelah selatan jembatan lama.
Foto
14 : Bangunan
jembatan Progo lama yang telah
digantikan dengan jembatan baru yang merupakan sarana penghubung antara
Kabupaten Kulon Progo dengan Kabupaten Bantul.
Rumah-rumah adat
seperti rumah joglo, limasan dan kampung dengan bentuk dan
struktur bangunan yang asli masih tampak berdiri di lingkungan masyarakat Desa
Brosot, dimana hal ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat Desa Brosot masih nguri-uri
budaya warisan leluhur. Namun demikian ada beberapa rumah joglo dan limasan
yang telah mengalami renovasi. Renovasi ini dilakukan tidak merobah setruktur
dan bentuk dasar bangunan, tetapi kebanyakan merenovasi pada bagian dinding.
Sebagian besar renovasi dilakukan dengan alasan keamanan.
Foto
15 : Rumah Joglo yang masih banyak terdapat di Desa Brosot
3. Kesenian
a.
Kesenian Tradisional
Kelompok seni
tradisional seperti Reog Wayang, Karawitan, Senii Tari, Seni Karawitan,
Panemggromo, Seni Mocopat dan lain-lain masih tumbuh dan berkembang. Kegiatan
tersebut secara mandiri melaksanakan kegiatan di wilayah masing-masing.
b. Kesenian Non
Tradisional / Modern
Kesenian modern
tumbuh dan berkembang cukup pesat. Group-group kesenian bermunculan dan
melakukan aktifitas secara mandiri. Seni Campursari, Seni Sholawat Modern,
Dance Group, dan lain-lain mampu melaksanakan kegiatan dan telah berkali-kali
melaksanakan kegiatan pentas secara mandiri.
Demikian
Profil Desa Budaya ini disusun sebagai gambaran bagi pelaksanaan kegiatan
pengembangan potensi budaya yang ada di wilayah desa Brosot. Tak banyak harapan
yang dikehendaki kecuali semoga nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat dapat lestari.
Brosot,
Nopember 2012
Pengurus
Desa Budaya
Ttd.
K e t u a
Tidak ada komentar:
Posting Komentar